Senin, 31 Desember 2012



mimpiku semakin dekat menemuiku
denting nada nada indah terucap lewat genggaman tangan itu
suara piano menggema menemani suaraku yang mengalun luluh
kami bersatu sebagai sebuah tanda
untuk awal atau sebuah akhir pencarian

setiap kunci nada adalah konser besar
mahakarya abadi

ketika aku mengucap ya
semoga Tuhan mengijinkan
'selamanya' untuk menjadi sebuah awal

*happy new year

Kamis, 27 Desember 2012

hadiah keajaiban



Aku masih sendiri.

Tertegun sekian detik untuk mencerna kalimat retoris itu.  Aku bisa buat jawaban versi pembelaan atau bicara tentang hasrat yang tenggelam. Logika, realita, ketetapan, waktu, dan hati saling silang berlawanan. Berjibaku saling mematahkan. Satu datang dua hilang. Dua timbul empat tenggelam. 

Kemarin itu bukan sekarang. Sekarang itu bukan besok. Logikanya adalah aku hidup pada hari ini, bukan kemarin atau besok. Ketetapan pun telah diputuskan. Bagaimana aku bisa tertinggal dalam dimensi mimpi? Atau apakah hati tak pantas bermimpi? Apa kemarin itu lapuk? Apa kemarin itu adalah buangan? Apa realita patut membungkam semua mimpi? Radar ini terlalu angkuh hingga mematahkan logika dan realita. Entah sedang terjebak dan mati, atau sedang menari dalam keyakinan tak berarah.

Aku pikir hidup ini hanya terdiri dari tiga kata. MIMPI, PETUNJUK dan KEAJAIBAN. Tuhan menciptakannya serasi.

Barangkali apa yang aku temukan hari ini belum bisa menjawab sang retoris.
Aku pasti menemukannya, dan semua akan berjalan satu arah.
Dia berada diantara persimpangan waktu yang tak bisa didefinisikan dengan ‘kemarin’, ‘besok’ atau ‘hari ini’.
Dia ‘ada’ dalam selubung waktu.
Dia hadiah ‘keajaiban’.